empty
 
 
20.05.2025 07:35 PM
EUR/USD: Dolar Lemah Bertemu Euro yang Tidak Pasti

Pada pasangan EUR/USD, telah terjadi konsolidasi di atas level 1,1200, mencerminkan pelemahan keseluruhan dolar AS. "Serangan bearish" yang kita saksikan minggu lalu berakhir dengan kegagalan. Penjual EUR/USD tidak mampu bertahan di kisaran 1,10 atau 1,11. Alasan utamanya adalah kurangnya berita yang menggembirakan mengenai kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-Tiongkok atau AS-UE. Kekosongan informasi seputar pembicaraan AS-Tiongkok dan bocoran yang mengecewakan tentang diskusi sulit antara Washington dan Brussels menimbulkan kekhawatiran di kalangan para trader. Sekali lagi, pasar membicarakan prospek resesi AS—meskipun ada gencatan senjata perdagangan, tarif yang dikurangi masih berlaku dan berdampak negatif pada ekonomi Amerika.

Menurut ekonom JPMorgan, probabilitas resesi "tetap tinggi, meskipun di bawah 50%." Analis di Bank of America memperkirakan kemungkinan tersebut sebesar 35%, mencatat bahwa "ini masih merupakan risiko yang cukup tinggi."

Jelas, semakin lama tarif timbal balik dengan Tiongkok tetap berlaku (bahkan dalam bentuk terbatas saat ini), semakin besar risiko perlambatan ekonomi AS di tengah inflasi yang meningkat.

This image is no longer relevant

Pertemuan "Geneva" akhir pekan lalu, di mana pejabat tinggi AS dan Tiongkok "sepakat untuk terus bernegosiasi," tidak menghasilkan kemajuan nyata selain pengurangan tarif sementara. Selain itu, kemarin seorang juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok secara terbuka mengkritik AS, menyatakan bahwa Washington "melanggar kesepakatan yang dicapai selama negosiasi perdagangan di Jenewa." Komentar tersebut merujuk pada peringatan resmi dari Gedung Putih bahwa penggunaan kecerdasan buatan Huawei di mana pun di dunia "melanggar peraturan ekspor AS."

Pertukaran tajam semacam itu menunjukkan bahwa kedua belah pihak masih jauh dari mencapai kesepakatan—jelas bahwa proses negosiasi (yang sebenarnya belum benar-benar dimulai) akan sangat sulit dan kemungkinan memakan waktu lama (sebagai referensi, pembicaraan perang dagang pertama berlangsung sekitar 18 bulan).

Negosiasi signifikan lainnya—yaitu antara AS dan Uni Eropa—juga terhenti. Di sini juga, retorika menjadi lebih agresif, baik secara langsung maupun melalui kebocoran media. Menurut sumber Bloomberg, jika kesepakatan tidak tercapai pada bulan Juli, Gedung Putih berencana menaikkan tarif menjadi 20% (dari "preferensial" 10% saat ini).

Sementara itu, pejabat Eropa mengeluarkan pesan yang cukup tegas, pada dasarnya mengatakan bahwa UE tidak akan "menyerah" dalam perang dagang dengan menerima syarat maksimalis atau bahkan "kompromi" AS yang longgar. Misalnya, Menteri Perdagangan Luar Negeri Swedia, Johan Forssell, menyatakan bahwa Brussels tidak akan menerima syarat yang sebelumnya ditawarkan kepada Inggris (tarif 10% pada semua barang plus bea sektoral) sebagai kompromi. Selain itu, Komisaris Perdagangan UE Maros Sefcovic mengatakan UE juga akan menolak tuntutan AS terkait PPN dan regulasi digital.

Menurut seorang pejabat UE yang dikutip oleh Financial Times, kesepakatan antara Washington dan London tidak bisa menjadi "template" untuk Brussels, dan jika AS bersikeras pada tuntutannya, negosiasi kemungkinan akan runtuh. Dalam hal ini, UE akan menerapkan langkah balasan yang telah disetujui sebelumnya—tarif pada ribuan barang Amerika (pesawat, mobil, suku cadang mobil, bahan kimia, elektronik, peralatan medis, mesin, anggur, dan bahkan ikan), dengan total €95 miliar. Perlu dicatat juga bahwa bulan lalu, UE menyetujui tarif 25% pada impor AS senilai $21 miliar (termasuk gandum, jagung, pakaian, dan sepeda motor). Tarif ini ditangguhkan selama masa tenggang 90 hari, yang berakhir pada bulan Juli.

Dengan kata lain, batas waktu bulan Juli semakin dekat setiap harinya, namun tidak ada tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan AS-Tiongkok maupun AS-UE. Sebaliknya, berita dan kebocoran terbaru menunjukkan bahwa kesepakatan perdagangan masih jauh. Latar belakang ini terus membebani dolar AS: hari ini, Indeks Dolar AS kembali menguji level 99, menandai penurunan hari kedua berturut-turut.

Dengan semakin memperburuk suasana, Moody's menurunkan peringkat kredit AS dari AAA menjadi AA1—untuk pertama kalinya sejak 1917. Selain itu, Moody's Ratings menurunkan peringkat deposito jangka panjang bank-bank besar AS, termasuk Bank of America, JPMorgan Chase, dan Wells Fargo.

Namun demikian, meskipun kondisi yang secara fundamental bearish untuk dolar AS, pembeli EUR/USD tidak memiliki banyak hal untuk dibanggakan. Pasangan ini naik lebih dari 200 poin minggu ini dan sekarang bertahan dalam kisaran 1,12, tetapi belum mampu menembus level resistance 1,1280 (Bollinger Band atas pada grafik H4 dan Bollinger Band tengah pada grafik harian). Posisi long menjadi lebih dibenarkan setelah pembeli EUR/USD berhasil melewati hambatan ini, membuka jalan menuju kisaran 1,13. Target bullish berikutnya, dengan asumsi 1,1280 terlampaui, adalah level resistance 1,1350, yang sesuai dengan garis Kijun-sen pada timeframe D1.

Recommended Stories

Tidak bisa bicara sekarang?
Tanyakan pertanyaan anda lewat chat.