Para investor global sekali lagi menunjukkan bahwa terkadang lebih mudah membeli emas daripada mengandalkan stabilitas. Pada pekan yang berakhir 22 Oktober, arus masuk ke ETF emas mencapai angka yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu $8,7 miliar, mencetak rekor historis baru. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari pekan sebelumnya. Hebatnya, total $39 miliar telah mengalir ke dalam dana ini sejak awal musim gugur.

Alasan di balik lonjakan ini sederhana. Bank-bank sentral di seluruh dunia terus memangkas suku bunga, yang secara efektif menghilangkan argumen terakhir yang menentang emas — kurangnya imbal hasil.

Menurut Bank of America, regulator telah menerapkan pemangkasan suku bunga sebanyak 313 kali selama 12 bulan terakhir, dengan laju yang belum pernah terlihat sejak 2010. Bank of Canada memangkas suku bunganya sebesar 175 basis poin, Bank Sentral Eropa sebesar 150, dan Bank of England sebesar 100. Setelah jeda selama 11 bulan, bahkan Federal Reserve telah melanjutkan pemangkasan, sehingga suku bunga turun menjadi 4,25%.

Dalam kondisi seperti ini, emas melakukan yang terbaik — meningkatkan nilainya. Sejak awal tahun, logam mulia ini telah meroket lebih dari 50%, melampaui semua instrumen investasi tradisional. Jumat lalu, harga spot mencapai $4.112 per ons, sedikit di bawah rekor hari Senin di $4.379. Namun, pasar merespons koreksi ini dengan tenang. Setelah reli yang begitu panjang, emas pun perlu beristirahat.

Para analis memperkirakan bahwa logam mulia ini masih memiliki ruang untuk kenaikan lebih lanjut. Jika Federal Reserve terus menurunkan suku bunga dan ketegangan geopolitik tetap tinggi, emas bisa mencapai $5.000 per ons tahun depan.

Sepertinya dunia sedang meninjau kembali aturan lama: ketika segala sesuatu di sekitar jatuh, emas tidak melonjak—emas hanya diam sementara yang lain jatuh lebih cepat.