Dolar AS tengah mengalami penurunan tajam. Menurut Reuters, Presiden AS Donald Trump berupaya menyeimbangkan perdagangan dengan melemahkan mata uang nasional. Akibatnya, dolar AS kembali terpukul.

Depresiasi tajam dolar AS yang tercatat pada tahun ini terkait dengan upaya pemerintahan Trump untuk menghilangkan defisit perdagangan dengan menyeimbangkan neraca berjalan negara tersebut. Para ahli mempertimbangkan seberapa berisiko kebijakan sementara semacam itu dan seberapa jauh dolar AS akan jatuh setelah rencana ini dilaksanakan. Jamie McGeever, seorang analis Reuters, mencatat: "Jika Amerika Serikat serius ingin menghapus defisit perdagangannya, maka dolar harus melemah secara signifikan."

Menariknya, dalam 50 tahun terakhir, AS hanya berhasil mencatat surplus perdagangan satu kali: pada Q3 tahun 1980. Neraca perdagangan sempat mencapai nol pada tahun 1982 dan 1991-1992. Para analis menunjukkan bahwa momen-momen ini bertepatan dengan perlambatan ekonomi AS dan situasi pada awal 1990-an didahului oleh defisit pada tahun 1987.

"Mengurangi defisit perdagangan merupakan tantangan yang sulit: menghilangkannya tanpa memicu resesi merupakan prestasi historis, tegas McGeever.

Ia mengingat bahwa penurunan dolar sebesar 15% selama masa jabatan pertama Trump gagal memangkas defisit perdagangan dari 2,5% - 3,0% dari PDB. Demikian pula, dolar AS merosot hingga 40% selama beberapa tahun di bawah kepresidenan George W. Bush, tetapi defisit perdagangan tetap tinggi, analis tersebut menambahkan.

Menurut beberapa ahli, menghilangkan defisit perdagangan AS yang sangat besar yang mencapai $918 miliar pada tahun 2024, mungkin memerlukan depresiasi dolar sebesar 20 hingga 30 persen selama dua tahun ke depan. Dengan latar belakang ini, McGeever yakin gedung putih mungkin bersedia menerima perlambatan ekonomi nasional.