Trump bidik industri farmasi lewat tarif perdagangan baru
Presiden AS Donald Trump kini mengarahkan perhatiannya ke sektor farmasi. Menurut Bloomberg, Trump berencana memberlakukan tarif terhadap obat-obatan, menandai perubahan kebijakan yang cukup drastis.
Tarif untuk produk farmasi diperkirakan akan mulai diberlakukan pada akhir Juli. Awalnya, tarif ini akan dikenakan dalam jumlah rendah, namun akan meningkat ke level maksimum sepanjang tahun ini. Gedung Putih kabarnya mempertimbangkan pendekatan serupa untuk produk semikonduktor impor. Para ahli mencatat bahwa langkah-langkah ini kemungkinan akan bertepatan dengan peluncuran skema reciprocal tariff yang lebih luas pada 1 Agustus.
“Kemungkinan besar akhir bulan ini, dan kita akan mulai dengan tarif rendah dan memberi waktu sekitar satu tahun bagi perusahaan farmasi untuk membangun produksi, lalu kita akan naikkan tarifnya menjadi sangat tinggi,” kata Trump.
Dalam rapat kabinet awal Juli, Trump mengisyaratkan kesiapan untuk menaikkan tarif atas produk farmasi impor hingga 200%. Namun, langkah ini hanya akan dilakukan setelah produsen diberi waktu setahun untuk memindahkan produksinya kembali ke AS. Menurut presiden, banjirnya obat-obatan asing dianggap mengancam keamanan nasional.
Pada pertengahan Mei lalu, Trump telah menandatangani executive order yang menargetkan harga obat. Ia menyoroti bahwa harga obat di AS selama ini lima hingga sepuluh kali lebih mahal dibandingkan di negara lain. Trump mengatakan perintah yang ia tandatangani bertujuan menurunkan harga obat domestik sebesar 30% hingga 80%. Meski begitu, ia mengakui bahwa harga secara global kemungkinan akan meningkat, dan menggambarkan hal ini sebagai trade-off yang diperlukan untuk akhirnya “membawa keadilan bagi Amerika” setelah bertahun-tahun mengalami ketidakadilan harga.
Para analis menilai Washington memiliki berbagai instrumen untuk menekan perusahaan farmasi. Namun mereka juga memperingatkan bahwa perusahaan dengan portofolio produk yang sempit mungkin akan mengalami tekanan margin. Untuk menutupi kerugian tersebut, beberapa perusahaan kemungkinan akan menaikkan harga di pasar luar negeri.