empty
 
 
​Kebijakan proteksionis Trump mulai berdampak pada ekonomi global

​Kebijakan proteksionis Trump mulai berdampak pada ekonomi global

Menjelang tenggat waktu baru tarif dagang yang diberlakukan oleh Trump, kebijakan proteksionisme Amerika semakin membebani perekonomian global. Menariknya, para ahli telah berulang kali mengingatkan hal ini. Menurut para analis Bloomberg, kenyataan tersebut kini “semakin terlihat jelas,” meskipun sentimen pasar keuangan secara umum masih cukup positif.

Para pakar memperkirakan bahwa tingkat tarif keseluruhan di AS saat ini menunjukkan level tertinggi sejak tahun 1930-an. Angkanya hampir enam kali lebih tinggi dibanding sebelum Donald Trump mulai menjabat pada awal 2025. Bloomberg menulis bahwa berbagai perusahaan membekukan belanja modal, mengalihkan rantai pasok yang butuh waktu bertahun-tahun untuk dibangun, serta mengorbankan keuntungan demi menanggung lonjakan harga.

Tarif yang diberlakukan di bawah doktrin “America First” milik Trump terbukti merugikan. Hanya segelintir perusahaan yang mendapat keuntungan, sementara jauh lebih banyak pelaku usaha dan masyarakat yang menanggung beban. Menurut proyeksi Bloomberg Economics, ekonomi global akan mengalami kerugian sebesar $2 triliun pada akhir 2027 jika dibandingkan dengan periode sebelum perang dagang dimulai. Namun, sebagian dari kerugian itu masih bisa dikompensasi melalui restrukturisasi produksi dan rantai pasok.

“Semakin jelas bahwa negosiasi tarif presiden AS berdampak negatif terhadap investasi, khususnya di dalam negeri,” ujar Daniel Harenberg, kepala ekonom di Oxford Economics. “Meskipun tarif yang dikenakan mungkin lebih rendah daripada yang diperkirakan, pada dasarnya itu tetap berfungsi seperti pajak yang mengganggu rantai pasok dan perdagangan global.”

Meski begitu, Gedung Putih tetap optimistis terhadap dampaknya bagi AS. Presiden Trump mengacu pada rekor tertinggi pasar saham dan peningkatan pendapatan. “Berkat tarif ini, ekonomi kita berkembang pesat!” tulisnya di media sosial pada Juni lalu.

Memang, dalam beberapa bulan terakhir, para ekonom Wall Street sedikit menaikkan proyeksi mereka untuk ekonomi AS dan belum terlalu khawatir akan ancaman resesi. Namun, mayoritas analis tetap memperkirakan perlambatan, bukan pertumbuhan.

Saat ini, tarif yang diberlakukan Trump telah menggerus pendapatan perusahaan besar AS seperti General Motors, Dow Inc., dan Tesla. Bloomberg menulis bahwa kita masih jauh dari guncangan inflasi, tapi penting untuk bersiap menghadapi skenario tersebut. Sementara itu, konsumen AS yang menjadi penggerak utama ekonomi memang masih mempertahankan belanjanya, tetapi mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Dalam hal konsumsi rumah tangga, para analis mencatat tren menurun yang jelas sepanjang 2025. “Rumah tangga khawatir terhadap dampak kenaikan harga akibat tarif, serta lambatnya aktivitas di pasar tenaga kerja,” ujar James Knightley, Kepala Ekonom Internasional di ING.

Kembali

See aslo

Tidak bisa bicara sekarang?
Tanyakan pertanyaan anda lewat chat.