Lihat juga
Sebuah babak baru dimulai di pasar mata uang, dan pound Inggris tampaknya sedang menulisnya. Data inflasi bulan April menjadi kejutan nyata bagi para investor: Indeks Harga Konsumen (CPI) utama Inggris melonjak sebesar 1,2% dari bulan ke bulan—merupakan kenaikan terbesar sejak April 2022.
Inflasi tahunan meningkat tajam dari 2,6% pada bulan Maret menjadi 3,5%. Inflasi inti, yang tidak termasuk komponen volatil seperti makanan dan energi, naik menjadi 3,8%—tertinggi dalam 13 bulan.
Ini lebih dari sekadar angka; ini adalah sinyal jelas bagi pasar bahwa tekanan inflasi kembali secara sistematis di Inggris, bukan hanya di sektor-sektor yang rentan terhadap fluktuasi jangka pendek.
Perumahan, utilitas, rekreasi, dan budaya adalah kontributor utama kenaikan harga—sektor-sektor yang tidak mudah dipengaruhi oleh penyesuaian suku bunga. Hal ini membuat situasi menjadi sangat menantang bagi Bank of England.
Sebelumnya, bank sentral memulai siklus pelonggaran yang hati-hati saat inflasi menurun, mencapai titik terendah 1,7% pada September 2024. Pada saat itu, pemotongan suku bunga tampak dibenarkan.
Sekarang, bagaimanapun, melanjutkan kebijakan pelonggaran bisa menjadi langkah yang berisiko. Seperti yang ditunjukkan oleh analis mata uang ING, "setiap pelonggaran moneter lebih lanjut akan memerlukan argumen yang jauh lebih kuat dari Bank of England daripada yang tersedia sebulan yang lalu."
Ekspektasi pasar bergeser: skenario "kebijakan lunak" memberi jalan pada fokus untuk mengekang tekanan inflasi.
Dalam konteks ini, penguatan pound tidak mengejutkan; perkembangan ini logis. Pasangan GBP/USD mencapai angka tertinggi tiga tahun di 1,3468, didorong oleh data Inggris dan lingkungan eksternal.
Dolar AS melemah, yang mendukung mata uang alternatif, terutama yang bank sentralnya tidak memiliki alasan untuk memotong suku bunga dalam waktu dekat.
Pernyataan yang mengkhawatirkan dari Federal Reserve semakin memperburuk kelemahan dolar. Pejabat Fed semakin sering menyuarakan kekhawatiran tentang stabilitas fiskal Amerika Serikat, meningkatnya utang, dan konsekuensi dari pembatasan perdagangan.
Merasa tidak pasti, para investor memindahkan modal ke yurisdiksi lain. Euro dan pound mendapatkan keuntungan, terutama di tengah kemungkinan penilaian ulang jalur kebijakan BoE.
Para analis juga menyoroti melemahnya kepercayaan terhadap dolar, dengan semakin banyaknya pembicaraan pasar tentang risiko stagflasi di AS. Secara bersamaan, pertemuan menteri keuangan G7 yang akan datang mungkin akan membahas perang mata uang.
Laporan tidak resmi menunjukkan bahwa AS mungkin menekan mitra dagangnya untuk memperkuat mata uang mereka. Hal ini hanya akan memperburuk kelemahan dolar saat ini.
Pasar keuangan memasuki fase pemikiran ulang. Inflasi, ketahanannya, dan bagaimana bank sentral merespons kini menjadi fokus. BoE menghadapi pilihan: melanjutkan pelonggaran atau mengakui bahwa tekanan harga memerlukan jeda.
Untuk saat ini, pasar memilih yang terakhir. Dan pilihan itu menguntungkan pound sterling.
Setelah kenaikan tajam, pound sterling sedikit melemah. Pernyataan hati-hati dari pejabat Inggris memicu koreksi.
Kanselir Rachel Reeves secara terbuka menyatakan kekecewaan atas angka inflasi yang "terlalu panas", yang diartikan pasar sebagai sinyal sikap yang lebih hati-hati terhadap strategi moneter.
Sementara itu, Pimpinan Ekonom BoE Huw Pill menyatakan bahwa perubahan struktural dalam mekanisme penetapan harga dan pertumbuhan upah memerlukan kehati-hatian ekstrem saat memangkas suku bunga. Para investor menganggap ini sebagai sinyal bahwa bank sentral tidak terburu-buru melonggarkan kebijakan meskipun tekanan inflasi meningkat.
Namun demikian, pound tetap memiliki dukungan fundamental yang kuat. Meskipun terjadi penurunan intraday, pasangan GBP/USD tetap berada di atas level utama 1,3400, menunjukkan sentimen bullish yang berlanjut terhadap pound dalam jangka menengah.
Tren tetap bullish. Semua rata-rata bergerak eksponensial (EMA) utama—jangka pendek dan panjang—mengarah ke atas, mengonfirmasi tren naik.
Pound menahan support di sekitar 1,3400, dan EMA 20-hari di 1,3300 berfungsi sebagai zona dukungan kritis yang dapat memicu dorongan naik berikutnya.
Indeks Kekuatan Relatif (RSI) 14 hari telah menembus di atas level 60. Pergerakan yang berkelanjutan di atas ambang ini akan meningkatkan kemungkinan pertumbuhan berkelanjutan dan dapat memicu gelombang bullish baru.
Resistance utama berikutnya berada di 1,3750, tertinggi pada Januari 2022. Penembusan di atas itu akan membuka jalan bagi tertinggi baru dalam tiga tahun. Pasangan ini mungkin berkonsolidasi dalam kisaran 1,3300–1,3470 sebelum lonjakan berikutnya.
Para trader harus mengamati dengan cermat respons BoE terhadap risiko inflasi yang meningkat—setiap sinyal hawkish akan dengan cepat dihargai untuk mendukung sterling.