Hubungan dagang India-Tiongkok membaik, namun keretakan strategis masih ada
Hubungan dagang antara India dan Tiongkok tampaknya membaik. Pergeseran ini telah meningkatkan harapan akan kemitraan strategis yang baru. Namun, optimisme mungkin terlalu dini. Analis di Bernstein memperingatkan bahwa hubungan antara kedua negara akan "tetap sebagian bersifat transaksional dan berfokus pada perdagangan, dengan manfaat strategis yang terbatas bagi India."
Meskipun hubungan diplomatik telah terjalin, permasalahan yang mengakar dan ketidakseimbangan struktural dalam perdagangan dan geopolitik menghambat kerja sama yang lebih luas. "Tiongkok sepertinya tidak akan menjadi sekutu sejati," kata Bernstein. Basis manufaktur India tidak cukup kuat untuk menawarkan alternatif yang kredibel bagi Beijing bagi rantai pasokannya, sementara ekspor India ke Tiongkok masih terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan impor negara yang besar.
Bernstein menyoroti ketidakseimbangan perdagangan yang tajam, dengan India hanya mengirimkan sedikit barang ke Tiongkok sementara sangat bergantung pada impor elektronik, suku cadang mobil, dan farmasi dari Beijing. Sengketa perbatasan yang belum terselesaikan, hubungan dekat Tiongkok dengan Pakistan, dan kehati-hatian India dalam membuka sektor konsumen dan pertaniannya semakin memperburuk keadaan. "Secara ekonomi, India berpotensi mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan memperdalam hubungan dengan AS di mana kemitraan jangka panjang menawarkan keuntungan strategis yang lebih substansial," ujar Bernstein.
Kemajuan dalam perundingan diplomatik telah menghasilkan dimulainya kembali sebagian rute penerbangan dan pelonggaran pembatasan visa. Namun, konsesi besar seperti pencabutan larangan aplikasi, masih belum dapat dicapai. Untuk saat ini, hubungan India-Tiongkok ditujukan untuk mempertahankan rantai pasokan utama, alih-alih membangun aliansi geopolitik baru.
Bernstein yakin bahwa kemitraan ini kemungkinan akan tetap bersifat simbolis hingga masalah perbatasan terselesaikan dan kedua belah pihak menyetujui kompromi strategis yang bermakna. Hubungan bilateral yang efektif akan membutuhkan konsesi timbal balik dalam berbagai isu penting.